PARADIGMA QUR'ANI
A.
PENGERTIAN PARADIGMA QURANI
Secara etimologis kata paradigma
berasal dari bahasa Yunani yang asal katanya adalah para dan digma. Para
mengandung arti “disamping”, ”di sebelah”,dan “keadaan lingkungan”. Digma
berarti “sudut pandang”, ”teladan”, ”Arketif Dan ideal”. Dapat dikatakan bahwa
paradigma adalah cara pandang, cara berpikir, cara berpikir tentang suatu
realitas. Adapun secara terminologis paradigma adalah cara berpikir berdasarkan
pandang dan yang menyeluruh dan konseptual terhadap suatu realitas atau suatu
permasalahan dengan menggunakan teori-teori ilmiah yang sudah baku, eksperimen,
dan metode keilmuan yang bisa dipercaya. Dengan demikian, paradigma Qurani
adalah cara Pandang dan cara berpikir tentang suatu realitas atau suatu
permasalahan berdasarkan Al-Quran.
B.
ALASAN PARADIGMA QURANI SANGAT PENTING BAGI
KEHIDUPAN MODERN
Yusuf al- Qardhawi menjelaskan bahwa
tujuan diturunkan Al-Quran paling tidak ada tujuh macam,yaitu:
1.
Meluruskan Akidah
Manusia
a. Menegakkan
Pokok-Pokok Tauhid
Al-Quran
mengajak manusia beribadah hanya kepada Allah sementara syirik cenderung kepada
kebatilan dan khurafat. Al-Quran mengkonfirmasikan kepada kita bahwa Nabi
Muhammad bahkan semua para nabi mengajak kaumnya untuk beribadah hanya kepada
Allah. Allah berfirman : Beribadahlah kepada Allah, tidak ada bagi kamu satu
Tuhan pun selain Allah. “(QS Al - A‟araf /7: 59, 65, 73, 85) (QS
Hud/11:50, 61, 84)
b. Mensahihkan
Akidah Tentang Kenabian dan Kerasulan
Meluruskan akidah dapat dikatakan
membenarkan akidah. Seperti : menjelaskan keperluan manusia terhadap kenabian
dan kerasulan, menjelaskan tugas-tugas para rasul khususnya dalam hal kabar
gembira dan pemberi peringatan, menghilangkan keraguan dan persepsi masyarakat
silam tentang penampilan para rasul, menjelaskan akibat bagi orang-orang yang
membenarkan para rasul dan akibat bagi orang-orang yang mendustakan para rasul.
c. Meneguhkan
Keimanan Terhadap Akhirat dan Keyakinan Akan Adanya Balasan yang Akan Diterima
di Akhirat
Al-Quran telah menetapkan beberapa
gaya dalam upaya meneguhkan akidah dan mesahihkan akidah
· Menegakkan argumen-argumen akan terjadinya
“pembangkitan” dengan menjelaskan kekuasaan
Allah mengembalikan makhluk sebagaimana semula. Dia lah yang memulai penciptaan
kemudian Ia mengembalikannya sebagaimana semula dan Ia mudah untuk
melakukannya.
(QS
Ar-Rum/30: 27).
· Mengingatkan
manusia akan penciptaan benda-benda yang amat besar sangatlah mudah bagi Allah,
apa lagi menghidupkan kembali manusia yang sudah mati,tentunya sesuatu yang
amat mudah bagi Allah. Tidakkah mereka berpikir sesungguhnya Allah, Dialah yang
menciptakan langit dan bumi, dan tidaklah sulit bagi-Nya menghidupkan yang
sudah mati, ingatlah sesungguhnya Allah berkuasa atas segala
sesuatu. (QS Al-Ahqaf/46: 33).
· Menjelaskan
hikmah adanya pembalasan di akhirat sehingga jelas ketidaksamaan orang yang
berbuat baik dan yang berbuat buruk, termasuk balasan bagi orang baik dan orang
jahat. Dengan demikian, tampaklah bahwa kehidupan dunia itu hanyalah permainan
dan kesia-siaan
·
Menjelaskan balasan
yang ditunggu oleh orang-orang mukmin yang baik yaitu pahala dan keridaan,
dan balasan yang disediakan bagi orang-orang kafir yaitu siksa dan kerugian.
·
Menggugurkan
mitologi yang dimunculkan musyrikin bahwa Tuhan-Tuhan mereka dapat
memberi syafaat padahari Kiamat kelak, begitu juga dugaan ahli kitab bahwa orang-orang
suci mereka dapat memberi syafaat.
2.
Meneguhkan
Kemuliaan Manusia dan Hak-Hak Asasi Manusia
a. Meneguhkan
Kemuliaan Manusia
Al-Quran menguatkan bahwa manusia adalah makhluk
mulia. Allah menciptakan Adam dengan kedua tangan-Nya sendiri. Ia meniupkan
roh-Nya kepada Adam, dan Allah menjadikan Adam sebagai khalifah dan keturunan
Adam berperan sebagai pengganti Adam dalam
kekhilafahan. Allah berfirman, “Dan Kami telah memuliakan keturunan Adam
dan Kami bawa mereka (untuk menguasai)daratan dan lautan, dan Kami rezekikan
kepada mereka yangbaik-baik dan Kami lebihkan mereka atas kebanyakansebagian
yang telah Kami ciptakan.” (QS Al-Isra`/17: 30).
b. Menetapkan Hak-Hak Manusia
Allah menciptakan manusia bebas berekspresi untuk
berpikir dan berpendapat. Allah berfirman, “Katakanlah, “Perhatikanlah
apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi.” (QS
Yunus/10: 101).
“Katakanlah sesungguhnya kami hanyalah
memberi nasihat dengan satu perkara; hendaklah kamu beramal karena Allah,
berduaan atau sendiri-sendiri, lalu berpikirlah.”
(QS Saba/34: 46).
c. Meneguhkan
Hak-Hak Dhuafa (Orang-Orang Lemah Secara Ekonomi)
Al-Quran menetapkan hak-hak manusia secara umum
dan Al-Quran secara khusus mengangkat hak-hak oranglemah agar tidak teraniaya
(terzalimi) oleh orang-orang kuatatau tidak diabaikan oleh para penegak hukum.
C.
MENGGALI SUMBER HISTORIS, FILOSOFIS, PSIKOLOGIS, SOSIOLOGIS
DAN PEDAGOGIS TENTANG PARADIGMA QURANI UNTUK KEHIDUPAN MODERN
Dalam sejarah peradaban Islam ada suatu masa yang
disebut masa keemasan Islam. Disebut masa keemasan Islam karena umat Islam
berada dalam puncak kemajuan dalam berbagai aspek kehidupannya: ideologi,
politik, sosial budaya, ekonomi, ilmu pengetahuan dan teknologi, pertahanan dan
keamanan. Karena kemajuan itu pula, maka dunia Islam menjadi pusat peradaban,
dan dunia Islam menjadi super-power dalam ekonomi dan politik.
Faktor-faktor yang menyebabkan umat Islam bisa maju
pada saat itu dan dalam waktu yang amat lama (lebih dari lima abad.), maka
jawabannya tentu saja karena umat Islam menjadikan Al-Quran sebagai paradigma
kehidupan. Al-Quran pada saat itu bukan hanya dijadikan sebagai sumber ajaran
tetapi juga menjadi paradigma dalam pengembangan Iptek, pengembangan budaya,
bahkan Al-Quran dihadirkan untukmengatasi dan menghadapi berbagai problem
kehidupan umat Islam saat itu. Pada zaman keemasan Islam, Al-Quran dijadikan
sebagai paradigma dalam segala aspek kehidupan dan Rasulullah SAW menjadi role
model (uswatunḫasanah dalam mengimplementasikan Al-Quran dalam kehidupan sehari hari.
D.
MEMBANGUN
ARGUMEN TENTANG PARADIGMA QURANI SEBAGAI SATU-SATUNYA MODEL UNTUK MENGHADAPI
KEHIDUPAN MODERN
Bagi
umat Islam kemodernan tetap harus dikembangkan di atas paradigma Al-Quran.
Kita maju bersama Al-Quran, tidak ada kemajuan
tanpa Al-Quran. Al-Quran bukan hanya sebagai sumber inspirasi, tetapi ia
adalah landasan, pedoman paradigma dan guide dalam mengarahkan kemodernan
agar dapat menyejahterakan manusia dunia dan akhirat. Imam Junaid
al-Bagdadi menyatakan, “Meskipun orang tahu segala sesuatu tetapi jika dia
tidak mengenal Allah sebagai Tuhannya, maka identikdengan tidak tahu sama
sekali”. Junaid ingin menyatakan bahwa landasan Iptek adalah ma‟rifatullāh, dan
Al-Quran adalah paradigmauntuk pengembangan Iptek.
E.
MENDESKRIPSIKAN ESENSI DAN URGENSI PARADIGMA QURANI
DALAM MENGHADAPI KEHIDUPAN MODERN
Paradigma Qurani dalam pengembangan Iptek, misalnya,
jelas akan memungkinkan munculnya ilmu-ilmu alternatif yang khas yang tentu
saja tidak sekularistik. Paradigma Qurani dalam pengembangan budaya, juga akan
melahirkan budaya masyarakat yang Islami yang tidak sekuler dalam proses,
hasil, dan aktualisasinya. Pengembangan ekonomi yang berlandaskan paradigma
Qurani jelas akan melahirkan konsep dan kegiatan ekonomi yang bebas bunga dan
spekulasi yang merugikan. Prinsip ekonomi Islam adalah tidak boleh rugi dan
tidakboleh merugikan orang lain (lā dharāra wa lā dhirāra).Riba dan
gharar jelas merupkan sesuatu yang dapat merugikan pihak-pihak tertentu.
Comments
Post a Comment